Selasa, 23 Oktober 2012

Hukum Membaca al-Quran Bagi Orang Berhadas Besar


Bagaimanakah hukum membaca al-Quran bagi orang yang tengah berhadas besar? Hmm..ini pertanyaan klasik namun kerap kali ditanyakan oleh banyak orang. Kita boleh mengikuti suatu pendapat asalkan mengetahui alasan/hujjah/dalil dari pendapat tersebut. Jangan sampai kita terjerumus kepada pernyataan-pernyataan yang tidak memiliki landasan.

1. Firman Allah dalam al-Quran Surat al-Waqi'ah ayat 79 

"tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan."
Sebagian mufassir menyatakan bahwa dhomir 'hu' pada kata yamassuhu kembali pada Lauh Mahfudz. Jadi, yang yang tidak boleh dibaca itu adalah kalamullah yang terdapat di Lauh Mahfudz, bukan mushaf al-Quran yang kita miliki.

2. Hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar
لاَ تَقْرَأُ الْحَائِضُ وَلاَ الْجُنُبُ شَيْئًا مِنَ الْقُرْآنِ
"Wanita yang haid dan juga orang yang junub tidak boleh membaca sedikit pun dari Al-Qur`an" (HR. At-Tirmizi: 1/236 dan Ibnu Majah: 1/195)
Hadis ini kerap dijadikan rujukan oleh sebagian orang dalam menghukumi boleh tidaknya seorang yang berhadas besar membaca al-Quran. Padahal hal ini tergolong dalam hadis dhoif atau hadis yang lemah, dikarenakan perawi yang matruk (ditinggalkan hadisnya).

3. Dari Aisyah bahawa Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda kepada dirinya tatkala dia haid saat perjalanan ibadah haji:
اِفْعَلِي مَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوْفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِيْ

“Lakukan apa saja yang dilakukan oleh orang yang berhaji, kecuali tawaf di Ka’bah sampai kamu suci.” (HR. Al-Bukhari: 1/77 dan Muslim: 2/873)
Dengan kata lain, hadis tersebut memperbolehkan seseorang yang haidh membaca al-Quran. 

Dari ketiga dalil, maka dapat disimpulkan bahwasanya hukum membaca al-Quran bagi orang berhadas besar adalah boleh, namun tidak diperbolehkan untuk menyentuhnya.


Jumat, 13 Mei 2011

10 Nama Surat Al-Fatihah


“Marilah kita membaca Ummul Qur’an sebelum memulai pelajaran,” ujar seorang guru. Perkataan tersebut tentu sudah sering kita dengar. Ummul Qur’an merupakan salah satu dari nama-nama surat al-Fatihah. Di samping itu, surat ini juga memiliki nama-nama lain yang cukup banyak dengan makna yang berbeda pula tentunya. Berikut nama lain surat al-Fatihah yang disebutkan beberapa kitab tafsir.
1.        Fatihatul Kitab dan Fatihatul Qur’an
Nama ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shomit, bahwa Rasulullah bersabda:
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada (tidak sah) sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab”[1]
Imam Fakhruddin Ar-Rozi mengatakan bahwa nama ini diberikan sebab al-Fatihah menjadi pembuka dalam mushaf, dalam kegiatan pengajaran, dan bacaan pertama dalam shalat. Ada pula yang berpendapat bahwa ia disebut demikian karena menjadi pembuka setiap perkataan.

2.        Ummul Qur’an
Dari Abu Hurairah bahwa rasulullah bersabda,
اَلْحَمْدُ لِلهِ أُمُّ الْقُرْأَنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي
“Al-hamdu lillahi (surat Al-Fatihah) adalah induk Al-Qur’an, induk Al-Kitab dan tujuh (ayat) yang diulang-ulang.”[2]
Imam Az-Zamakhsyari dalam tafsir Al-Kasysyaf mengatakan, “Ia dinamakan Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an) karena surat ini mencakup seluruh makna-makna yang terdapat di dalam Al-Qur’an, mulai dari pujian terhadap Allah, menghamba pada-Nya dengan menunaikan perintah dan menjauhi larangan-Nya, serta adanya janji dan ancaman dari Allah”

Surat ini dinamakan sebagai “induk” atau “ibu” (umm), karena kata umm bermakna ashl (pangkal). Ia merupakan pangkal kaidah-kaidah atau pondasi Al-Qur’an di mana seluruh hukum berporos padanya.

3.        Suratul Hamd
Dinamakan demikian karena di dalamnya disebutkan kata al-hamdu lillahi rabbil ‘alamin. Kata ini sering dibaca sebagai ungkapan rasa syukur dan bentuk pujian terhadap Allah swt.

4.        Suratush Sholah
Surat ini disebut ash-sholah karena ia dibaca dalam sholat minimal 17 kali sehari. Al-Fatihah merupakan bagian pokok dari rukun sholat, yang mana sholat tersebut tidak sah jika tidak membaca surat al-Fatihah.

5.        Suratusy Syifa’
Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Darimi dari Abdul Malik bin Umair, bahwa Rasulullah saw bersabda:
فِيْ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ
“Dalam Fatihatul Kitab (Al-Fatihah) terdapat penawar dari segala penyakit”
6.        Suratur Ruqyah
Ada yang berpendapat bahwa letak ruqyah tersebut terletak dalam firman Allah swt:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan” (Al-Fatihah: 5)
Namun, ulama yang lain menegaskan bahwa seluruh isi surat tersebut adalah ruqyah (jampi).

7.        Asasul Qur’an
Imam Fakhruddin Ar-Rozi mengatakan bahwa surat ini dinamakan sebagai asa al-Qur’an karena pertama, ia merupakan surat pertama dalam al-Qur’an sehingga ia seperti pondasi. Kedua, mengandung tuntutan yang mulia. Dan ketiga, ibadah yang paling utama setelah iman yaitu shalat. Yang mana di dalam shalat wajib membaca Asasul Qur’an ini.

8.        As-Sab’ul Matsani
Dinamakan as-sab’u (tujuh) karena surat ini berisi tujuh ayat. menurut Ar-Rozi, setiap ayat al-fatihat sebanding dengan sepertujuh kandungan al-Qur’an. Orang yang membaca fatihah sama dengan membaca seluruh isi Al-Qur’an.
Sedangkan disebut al-matsani karena ia selalu diulang pada setiap rakaat shalat. Ada juga yang berpendapat tentang penamaan al-Matsani karena ayat ini diturunkan sebanyak dua kali yaitu di Mekkah dan Madinah.

9.        Al-Qur’anul Azhim
Disebut sebagai al-Qur’an yang Agung karena suat ini berisi pjian kepada Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan-Nya.

10.    Suratul Kafiyah
Dinamakan sebagai suratul kafiyah berdasarkan hadits yang diriwayatkan Muhammad bin Kholad Al-Iskandaroni bahwa nabi saw bersabda:
“Ummul Qur’an (Al-Fatihah) itu pengganti dari yang lainnya, sedangkan yang lainnya tidak akan bisa menggantikannya.”
Artinya, surat ini lebih mencukupi dari segi makna dan kandungan daripada surat-surat yang lainnya.

(Sumber: The Secret of Al-Fatihah & Ayat Kursi, karya Salafuddin Abu Sayyid)


[1][1] Al-Bukhari, Shohihul Bukhari, Jilid I hlm 263 hadits no. 723. Imam Muslim, Shohih Muslim (Al-Jami’us Shohih), Jilid I hlm 295, hadits no 34.
[2] At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, jilid V hlm 297, hadits no 3124.

Ayat Kursi sebagai Penangkal Jin

Ketika kita melihat film  yang bermuatan horor ataupun mistis, seringkali film tersebut menayangkan skenario pemain yang ketakutan akan kehadiran sesosok makhluk halus. Adakalanya pemain tersebut melafalkan ayat kursi guna mengusir keberadaan makhluk tak diinginkan tersebut. Pernahkah Anda memikirkan mengapa si aktor membaca ayat kursi saat menghadapi sang makhluk halus?

Coba sekilas kita tengok nuzulul Qur’an ayat kursi tersebut. Diriwayatkan dari Muhammad bin Al-Hanafiyah, “Ketika turun ayat Kursi, maka robohlah setiap berhala setiap berhala yang ada di muka bumi. Demikian juga, terjatuhlah setiap raja yang ada di dunia dan terjatuhlah pula mahkota-mahkota dari kepala mereka, dan setan pun lari dengan saling memukul antara sebagian mereka terhadap sebagian yang lain, sampai akhirnya mereka mendatangi iblis dan menyampaikan kejadian itu kepadanya. Iblis pun menyuruh mereka agar mencari tahu tentang persoalan itu. Mereka pun akhirnya sampai di kota Madinah dan berhasil memperolah informasi bahwa (penyebab kesemuanya itu adalah) telah turunnya ayat kursi”[1]

Hadits di atas menggambarkan betapa luar biasanya efek ayat kursi hingga membuat setan lari tunggang langgang.  Lebih lanjut al-Qurthubi mengatakan bahwa ayat ini berisi tauhid dan sifat-sifat Allah yang luhur. Surat yang turun pada malam hari ini, terdiri dari 50 kata dan setiap kata berisi 50 berkah. Surat ini sebanding dengan sepertiga kandungan al-Qur’an.[2] Subhanallah..

Hal inilah yang membuat setan tidak berani bila dihadapkan dengan ayat kursi. Ia tidak punya nyali untuk menggoda manusia yang telah mengakui Allah sebagai Tuhan yang sebenar-benarnya. Itulah sebabnya mengapa si setan lebih memilih untuk melarikan diri.

Maka dari itulah, banyak hadits yang menganjurkan untuk menjadikan ayat ini sebagai wirid, agar dapat terhindar dari godaan setan. Bahkan, menjelang tidur pun kita disunnahkan untuk membaca ayat ke-255 Surat Al-Baqarah ini. Mengapa? Karena apabila kita membacanya sebelum tidur, maka Allah menyertakan malaikat yang akan menjaganya hingga pagi tiba.


[1] Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, jilid 3, hal 268.
[2] Salafuddin Abi Sayyid, The Secret of Al-Fatihah & Ayat Kursi, (Solo: Mumtaza,2008) hlm 214.