Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Niat baik itupun kemudian terealisasi seiring dengan digelarnya kegiatan Karantina Tahfidz II di libur semester ganjil 2010 lalu. Tanpa pikir panjang, penulis pun ikut serta di dalamnya. Libur kala itu seakan menjadi liburan yang paling berkesan. Meninggalkan kesempatan berkumpul dengan keluarga, mengabaikan kesempatan berpelesir ke tempat wisata, dan sebagainya. Penuh perjuangan, mungkin hanya itu yang dapat terucap.
Setelah dua puluh sembilan hari berkutat dengan rangkaian ayat, tiba saatnya untuk ujian. Satu-persatu peserta karantina diuji ingatannya dengan melanjutkan rangkaian ayat yang dibacakan sang penguji. Ketika itu penulis berhasil menghafalkan satu juz pertama dari al Quran. Dag dig dug rasanya jantung ini, serasa ingin melompat keluar dari ruangnya. Lidah serasa kelu melantunkan ayat suci-Nya. Takut, malu, grogi, bercampur menjadi satu. Namun entah mengapa, begitu giliran tiba, semua perasaan tidak nyaman tersebut seketika sirna. Nyaman dan mengalir, hatipun serasa tenang. Subhanallah..mungkin ini mukjizat al Quran, penulis sedang merasakannya. Membawa ketenangan, kesejukan, dan ketentraman dalam hati sanubari.
Usai karantina tahfidz, semangat ini tiba-tiba menjadi kendor. Sebagian besar waktu tersita oleh kegiatan-kegiatan lain yang melenakan. Hafalan pun tertinggalkan. Hampir setahun lamanya hal ini terus berlarut-larut. Ketika melihat rekan-rekan yang lain menghafal al Quran, selalu ada rasa bersalah yang terbersit dalam hati. Ada penyesalan di dalam sanubari. Rasanya ingin kembali menghafalkan ayat suci-Nya. Atas kehendak-Nya, hati penulis kembali terbuka untuk kembali terjun di dunia yang sempat ia tinggalkan. Meskipun tak seistiqomah saat karantina tahfidz lalu, penulis tetap berusaha menghafal ayat demi ayat di juz berikutnya. Ihdinash shiraathal mustaqiim Yaa Rabb.
salam kenal, ayos semangat menghafal qur'an
BalasHapussubhanallah.. hebat. menginspirasi banget. sy sendiri baru mulai.hehe.. semoga terus semangat :D
BalasHapus